Sabtu, 30 September 2017

Tidak Disangka! Ketika Pasukan Letkol Untung Kalah karena Nasi Bungkus!

Gerakan 30 September berhasil menculik enam jenderal dan seorang perwira TNI AD. Tapi dalam waktu singkat, pasukan Mayjen Soeharto yang terdiri dari Kostrad dan RPKAD berhasil mencerai-beraikan kekuatan militer yang dipimpin Letkol Untung. Hanya dalam waktu dari 24 jam, Soeharto memutarbalikkan situasi.

Saat itu pasukan G30S berkekuatan satu batalyon Cakrabirawa, satu batalyon dari Brigif I Kodam Jaya, satu batalyon Pasukan Gerak Tjepat (PGT) dan Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP). Lalu ditambah Batalyon 530 Raiders Jawa Timur dan Batalyon 454 Raiders dari Jawa Tengah. Lalu ada 2.000 sukarelawan yang dilatih PKI di Lubang Buaya. Sekadar catatan, satu batalyon umumnya berkekuatan 500-700 orang.

Faktanya jauh berbeda. Hanya sekitar satu kompi Cakrabirawa berkekuatan 60 orang yang ikut. Dari Brigif I juga hanya 60. Dari PPP ada 700 pasukan, sementara PGT tak ada. Yang cukup banyak adalah Batalyon 530 dan 454. Dua pasukan elite ini berkekuatan masing-masing 500 orang.

Untung membagi tiga pasukannya. Pasukan Pasopati (Cakrabirawa dan Brigif) bertugas menculik para jenderal, Bimasakti (Yon 454 dan Yon 530) bertugas mengawal kawasan Monas dan merebut RRI serta Telkom. Lalu pasukan Gatotkaca yang menjaga Lubang Buaya (Terdiri dari PPP dan sukarelawan).

Kekalahan Untung dkk terjadi karena buruknya perencanaan. Saat Presiden Soekarno memerintahkan Brigjen Soepardjo, (Wakil Letkol Untung) untuk menghentikan kegiatan, Soepardjo dan pimpinan lain setuju. Mereka bingung karena tidak punya rencana B alias cadangan.

Tidak jelas pula siapa yang memegang komando. Brigjen Soepardjo dan Kolonel Latief yang pangkatnya lebih tinggi, justru menjadi wakil Untung. Belum lagi pengaruh Sjam dan Pono, dua orang dari Biro Chusus PKI. 

"Rencana operasinya ternyata tidak jelas. Terlalu dangkal. Titik berat hanya pada pengambilan tujuh jenderal saja. Bagaimana kemudian bila berhasil tidak jelas. Kalau gagal juga tidak jelas," tulis Soepardjo seperti dikutip John Roosa dalam bukunya Dalih Pembunuhan Massal, Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto.

Dalam peperangan, skenario mundur bukan pengecut. Dalam setiap pertempuran selalu ada skenario mundur. Tetapi ini tidak berlaku untuk G30S. Semangat mengalahkan logika.

Saat Soepardjo menanyakan hal itu, Sjam dan yang lain langsung memotong. "Ya Bung. Kalau mau revolusi banyak yang mundur. Tetapi kalau sudah menang banyak yang ikut."

Satu kesalahan fatal lain adalah soal logistik. Untung kehilangan banyak pasukannya gara-gara nasi bungkus. Pasukan Bimasakti yang terdiri dari Yon 530 dan Yon 454 berjaga sehari penuh di Lapang Monas. 

Tapi tak ada yang mencukupi kebutuhan mereka. Tanggal 1 Oktober 1965 dari pagi hingga petang, pasukan itu tak diberi makan.

Maka ketika Soeharto mengutus utusannya untuk membujuk Yon 530 agar kembali ke Kostrad tawaran itu dipenuhi.

"Masuk berita lagi bahwa pasukan sendiri dari Yon Jateng dan Yon Jatim tidak mendapat makanan. Kemudian menyusul berita Yon Jatim minta makan ke Kostrad. Penjagaan ditinggalkan begitu saja." 

"Semua Kemacetan gerakan pasukan disebabkan di antaranya tidak ada makanan. Mereka tidak makan semenjak pagi, siang dan malam. Hal ini baru diketahui pada malam hari ketika ada gagasan untuk dikerahkan menyerang ke dalam kota," kata Supardjo.

Tapi terlambat. Yon 530 sudah bergabung dengan Kostrad dan Yon 454 sudah berada di sekitar Halim. Tak mungkin lagi memerintahkan mereka menyerang.

Soal makanan untuk pasukan, Soepardjo punya analisa sendiri. Tapi saat itu dia berada di bawah komando Untung. Padahal jika Soepardjo yang memimpin mungkin hasilnya akan berbeda. Bagaimana pun seorang jenderal tentunya lebih cakap daripada seorang letnan kolonel.

"Ada dua jalan yang bisa ditempuh. Pertama: Komandan Batalion diberi wewenang untuk merektuir makanan di tempat-tempat ia berada. Hubungan dengan penduduk atau mengambil inisiatif membuka gudang-gudang makanan. Separo bisa dimakan dan selebihnya diberikan pada rakyat," demikian analisa jenderal bintang satu ini.

Maka karena nasi bungkus dan logistik Untung dan pasukan G30S kalah sebelum berperang. Sejarawan Petrik Metanasi meyakini, Untung memang tak siap melakukan kudeta. 

"Kalau memang dia berniat untuk itu, tentunya dia mempersiapkan makanan, logistik. Tapi ini tidak. Misi Untung hanya menculik tujuh jenderal," ujar Petrik saat berbincang dengan merdeka.com.

Untung memang bukan politisi. Setelah dia menculik para jenderal, dia berharap PKI akan melakukan aksi massa untuk mendukung gerakan tersebut. Tapi tidak terjadi. Yang terjadi lebih dari satu juta anggota PKI dibantai oleh Soeharto dan masyarakat antikomunis

sumber : merdeka

Rabu, 27 September 2017

Pemerintah Indonesia Diminta Sediakan Pulau untuk Rohingya. Ini Alasannya!

Organisasi sosial dan kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) meminta pemerintah Indonesia menyediakan pulau untuk menampung para pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan militer di negara bagian Rakhine, Myanmar.

Presiden ACT Ahyudin mendesak pemerintah berbuat lebih banyak selain mengirimkan bantuan logistik dan pangan darurat dalam membantu etnis minoritas muslim tersebut.

�Bantuan dana dan logistik sudah banyak. Sekarang kami sangat menanti relawan yang ingin berikan pulau untuk terima Rohingya. Pemerintah diharapkan bisa menyikapi serius untuk menyediakan pulau bagi Rohingya,� kata Ahyudin kepada wartawan di kantornya, Jakarta, Rabu (27/9).

Ahyudin menuturkan penyediaan pulau untuk menampung Muslim Rohingya tidak sulit dilakukan. Sebab Indonesia pernah menampung pengungsi Vietnam di Pulau Galang, Kepulauan Ria, di era 1970-an.

�Dan saya rasa ini bisa dilakukan lagi. Kami minta pulau Galang saja karena infrastruktur di sana sudah siap juga, tinggal digunakan untuk terima pengungsi Rohingya,� kata Ahyudin.

�Mudah-mudahan pemda Kepulauan Riau mau menerima usulan ini, kami sedang coba terus angkat dan diskusikan.�

Ratusan ribu pengungsi Rohingya dilaporkan telah melarikan diri keluar Myanmar sejak krisis kemanusiaan pecah menyusul bentrokan kelompok bersenjata dan militer pada akhir Agustus lalu. Selain itu, diperkirakan 1.000 orang telah tewas akibat gelombang kekerasan tersebut.
Lihat juga: Massa Ekstremis Buddha Serang Pengungsi Rohingya di Sri Lanka

Sebagian besar Rohingya dilaporkan mengungsi ke Bangladesh. Ahyudin menuturkan, sebagai negara berkembang, Bangladesh tidak memiliki kapabilitas yang besar untuk menampung seluruh pengungsi Rohingya.

Di sisi lain, negara yang berbatasan langsung dengan Myanmar itu terus menerima lonjakan eksodus pengungsi. Ahyudin bahkan memprediksi sampai saat ini sudah ada 1 juta Rohingya yang mengungsi ke negara tersebut.

�Karena itu, sebagai negara terbesar di ASEAN, Indonesia juga harus turun tangan dalam hal ini [menerima pengungsi]. Saat ini kan Indonesia hanya menampung sedikitnya 9 ribu pengungsi Rohingya, seharusnya bisa ditingkatkan lagi,� ucap Ahyudin.

sumber : cnn

Selasa, 26 September 2017

Jenderal Gatot Disebut Panglima TNI Terburuk? Ini Jawaban Telak Habib Nabil Almusawa

Pemimpin Majelis Rasulullah, Habib Nabil Almusawa, memiliki jawaban telak atas pemberitaan MetroTV mengenai Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Jawaban kakak kandung almarhum Habib Munzir Almusawa itu pun segera viral di media sosial.

�Gak apa-apa terburuk versi Metromini, yang penting beliau adalah Panglima TNI terbaik versi Ummat Islam.. Ummat sekarang sudah melek mana media yang abal-abal..,� kata Habib Nabil melalui akun Twitter pribadinya, @nabiel_almusawa, Senin (25/9/2017).

Habib Nabil Almusawa @nabiel_almusawa
Gpp terburuk versi Metromini, yg penting beliau adalah Panglima TNI terbaik versi Ummat Islam.. Ummat skrg sudah melek mana media yg abal2.. https://twitter.com/netizentofa/status/912158727238705152 �
11.06 - 25 Sep 2017
 134 134 Balasan   1.859 1.859 Retweet   1.954 1.954 suka

Hingg berita ini dimuat, ribuan pengguna Twitter meretwit dan memfavoritkan twit tersebut. Ratusan komentar pun meramaikan twit tersebut yang umumnya memberikan dukungan.

�Sangat setuju Habib,� kata @ridho_elthozo.

�Betul kata Habib..,� kata @deniwaskito.

�samikna wa atokna Bib,� kata @irfan_bach_99.

�Bener bgts Habib.. Rakyat sdh #Cerdas bs memilah mn media Abal mn yg ori. #KamiBersamaPanglimaTNI,� kata @Bungongez.

�Matoritas rakyat percaya pak gatot, karena alhamdulillah pak gatot ga berseberangan dgn ulama. Jd kami percaya pak gatot,, salim bib :*� kata @AanAfardi.

�setuju ayahandaku biar yg lain berkata seperti itu beliau tetap panglima terbaik kami,� kata @alsyarief78.

�Panglima terbaik bagi rakyat,� kata @GooDarmawan.

Sebelumnya, Metrotvnews.com pada Senin (25/9/2017) pagi merilis berita berjudul Gatot Nurmantyo Dianggap Pimpinan Terburuk TNI.

Berita itu berisi pernyataan Ketua SETARA Institute, Hendardi, yang menyebut Jenderal Gatot merupakan panglima TNI terburuk sepanjang sejarah reformasi. Ia berdalih, Jenderal Gatot membawa kembali TNI berpolitik bahkan dengan mengorbankan koeksistensi antarinstitusi negara seperti Polri, BIN, dan Kemenhan.

sumber : tarbiyah

Senin, 25 September 2017

TELAK! Gatot Akui Pemutaran Film G30S Untuk Memancing Keluar Antek Komunis!

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmatyo mengaku, sengaja ingin memutarkan kembali film G30S PKI. Ia mengatakan, keinginan TNI memutarkan kembali film sejarah kelam kudeta kelompok komunisme itu ?hanya ingin mengingatkan para generasi penerus bangsa.
"Saya katakan bahwa kami punya pengalaman buruk, tiba-tiba berapa jenderal yang dihabisi, maka sistem itu bekerja di TNI sampai saat ini. Biarkan kami seperti ini, kami memancing di air keruh juga (nanti akan) muncul-muncul, kami jadi tahu dengan berbagai cara," kata Gatot usai menggelar acara silaturahmi bersama keluarga besar TNI di Aula Gatot Subroto Mabes

Cilangkap,Jakarta Timur, Jumat (22/9/2017).

Gatot enggan menanggapi adanya kritikan yang menganggap dirinya berpolitik jelang kontestasi Pilpres 2019 dalam pemutaran kembali film G30S PKI itu. ?Ia berharap, pemutaran film G30S PKI dapat mengingatkan agar kejadian kudeta komunisme serupa tidak kembali terjadi di Indonesia.

"Saya mengajak mengingatkan agar tidak terulang kembali. Wong otaknya beda-beda kok. Ya enggak ada masalah. Saya tidak akan pernah menanggapi itu yang penting saya kerjakan," terangnya.

Mantan KSAD itu memaparkan alasan TNI ingin memutar kembali film G30S PKI tersebut. ?Menurut dia, sejak rezim Orde Baru runtuh sudah tidak ada lagi pelajaran sejarah yang membahas kudeta PKI yang sengaja membunuh tujuh jenderal di angkatan darat TNI. Sebab itu, pemutaran film G30S PKI dilakukan agar sejarah kelam tidak kembali terulang.

"Saya adalah yang menyetel itu. Sejak 1998 adalah pelajaran sejarah tentang bangsa ini yang kelam yaitu G30S PKI sudah tidak ada lagi. Terus kalau tidak ada lagi (bagaimana) untuk menginformasikan? Anak tumbuh dewasa dan segala macam itu yang dia diterima akhirnya tidak sadar nanti. Dan sejarah cenderung berulang, kalau berulang kasihan bangsa ini," pungkasnya.(buletinsatu.com/okezone)a

Kamis, 21 September 2017

Stasiun TV One Berencana Tayangkan Film Penumpasan G30S/PKI. Ini Jadwalnya!

Desakan agar ada televisi nasional yang menayangkan kembali film dokudrama propaganda berjudul 'Pengkhianatan G30S/PKI', sepertinya bakal terwujud. tvOne menyampaikan berencana menayangkan film soal sejarah kelam bangsa Indonesia itu.

Rencana itu semula diketahui dari Twitter Partai Golkar @Golkar5 yang menyampaikan bahwa tvOne akan menayangkan film penumpasan pengkhianatan G30S/PKI pada 30 September, pukul 20.30 WIB.

Juru Bicara Partai Golkar, Nurul Arifin, membenarkan tweet tersebut. "Iya, tadi dikabarin tvOne mau putar," ucap Nurul saat dikonfirmasi kumparan (kumparan.com), Kamis (21/9). 

Meski diumumkan oleh Partai Golkar, Nurul menjelaskan bahwa pemutaran film itu bukan inisiatif Golkar, tapi stasiun televisi bersangkutan. "Bukan inisiatif Partai Golkar ya, tapi tvOne," lanjut Nurul.

Dikonfirmasi terpisah, Pemimpin Redaksi tvOne, Karni Ilyas, membenarkan rencana pihaknya menayangkan film G30S/PKI, yang belakangan ramai dibincangkan dan justru sudah mulai diputar di markas TNI hingga sekolah.

"Memang ada rencana menayangkan, tapi belum ada kepastian," ucap Karny Ilyas yang juga Direktur Pemberitaan tvOne itu.

Namun mengenai tweet Partai Golkar, Karni menjelaskan bahwa program tvOne tidak ada kaitannya dengan Partai Golkar. Begitu juga soal jadwal penayangan film yang dirinci oleh Golkar. 
"Golkar tidak ada hubungan dengan program tvOne," tegas Karni.

sumber : kumparan

Ketika "TAKTIK" Panglima TNI Perlihatkan Simpatisan PKI di Hadapan Rakyat!

�Setelah memerintahkan nobar Film G30SPKI, muncul suara protes dan rakyat bisa melihat yang protes itu diindikasikan simpatisan PKI,� kata pengamat politik Achsin Ibnu Maksum kepada wartawan, Kamis (21/9). 

Kata Achsin, perintah Panglima TNI juga tidak didukung orang-orang atau kelompok yang mengklaim paling Pancasila. �Bisa dilihat yang mengklaim paling Pancasila dan mendukung Kebhinnekaan diam atas ajakan nobar dari Panglima TNI AD,� jelas Achsin. 

Achsin mengatakan, setelah perintah nobar muncul serangan terhadap Panglima TNI di medsos. �Yang menyerang Panglima TNI di medsos akunnya berafilasi kepada kelompok tertentu dan publik sudah mengetahuinya,� ungkap Achsin. 

Selain itu, kata Achsin perintah nobar Film Pengkhiantan G30SPKI menjadikan rakyat makin mencintai TNI. �Rakyat makin percaya dan mencintai TNI,� pungkasnya.


Keluarga Jenderal Ahmad Yani Tidak Terima Ada Yang Bilang Tidak Ada Penyiksaan!

TV One di acara APA KABAR INDONESIA PAGI, Kamis (21/9/2017), baru saja siaran langsung dari rumah kediaman Jendral Ahmad Yani.

Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani yang menjabat Menteri/Panglima Angkatan Darat merupakan salah satu yang dibunuh PKI dalam pemberontakan G30S/PKI.

Dalam LIVE TvOne tadi, putra dan putri almarhum sedang berkumpul di rumah yang kini dijadikan musium dan tata letaknya tidak diubah, tetap seperti kejadian pada dini hari 1 Oktober 1965.
Putra ke-8, Pak Edi, yang dalam film disuruh membangunkan bapaknya oleh Pasukan Tjakrabirawa (pasukan penculik jenderal), bercerita kronologis kejadian. Ditemani kakaknya, Pak Untung, yang juga ikut menyaksikan.

3 Putri, yaitu anak ke-4, 5 dan 6, yang saat itu kelas 3 SMP, kelas 2 SMP dan kelas 1 SMP. Juga hadir putri pertama.

Putra ke-7, Pak Untung sampai terbawa emosi kesedihan yang mendalam ketika mengenang kembali peristiwa 52 tahun lalu. Beliau menangis mengingat dan menceritakan bagaimana ayahnya diseret setelah ditembaki.

Pasukan Tjakrabirawa yang masuk ke rumah mereka memang tidak sampai 10 orang. Tapi yang mengepung sekitar rumah jumlahnya ratusan.

Putra putri almarhum Ahmad Yani sakit hati sekali menonton ILC, dimana ada yang mengatakan TIDAK ADA PENYIKSAAN.

Bagaimana mungkin di Lubang Buaya tidak ada penyiksaan, sedangkan di rumah mereka saja penyiksaan begitu keji. Kedua anak lelaki Jendral Ahmad Yani berusaha akan memeluk bapaknya saja dibentak, dilarang.

Bahkan ketika anak-anak Jendral Ahmad Yani berlarian hendak mengejar ayahnya yang diseret pasukan Tjakrabirawa, mereka diancam akan ditembak jika ada yang keluar.
Bayangkan, sama anak-anak saja PKI berani dan tega mengancam tembak.Amelia Ahmad Yani mengenang detik-detik kematian ayahnya. Saat bercerita kepada kumparan (kumparan.com), Amelia masih mengingat rasa takut, sedih, dan kepanikan yang menderanya pada Jumat 1 Oktober 1965 dini hari. 

 Amelia masih mengingat rasa takut, sedih, dan kepanikan yang menderanya pada Jumat 1 Oktober 1965 dini hari. 

Puluhan pasukan tiba di rumah Amelia sekitar pukul 04.00 WIB. Amelia mengingat pasukan itu sebagai sepasukan Cakrabirawa beserta Pemuda Rakyat, serta underbow PKI. Mereka bertolak dari 'markas' yang berlokasi di Lubang Buaya. 

Tanpa ampun, pasukan itu langsung menyerbu masuk ke kediaman Ahmad Yani yang terletak di Jalan Lembang No. 67, Menteng, Jakarta Pusat. 
Baca Juga :

"Mereka bergerak dari Lubang Buaya pada 30 September tengah malam dan sampai di rumah 7 prajurit antara pukul 04.00 dan 04.30 WIB, tanggal 1 Oktober 1965, Jumat legi," ujar Amelia kepada kumparan melalui sambungan telepon, Selasa (19/9). 

Tanpa takut, Yani langsung melakukan perlawanan. Tanpa ragu pasukan tersebut langsung menembak ke arah Yani.

"Ayah kami Achmad Yani yang melakukan perlawanan, langsung ditembak dan kemudian diculik. Masih dalam piyama abu-abu di depan mata kami semua," kata Amelia lagi.
Sebelum ditembak, Yani, yang saat itu menjabat sebagai Panglima Angkatan Darat, menyempatkan diri untuk mengepalkan tangan kanannya dan meninju salah satu pasukan Cakrabirawa yang membentaknya. 

"Ayah kami meninju salah satu Cakrabirawa yang berani membentak beliau dan tinju langsung mendarat di kepala seorang Cakrabirawa yang langsung roboh," ucapnya lagi.
"Ayah berbalik dan menutup pintu kaca. Dalam jarak 1,5 meter, tembakan beruntun tepat mengenai ayah kami," ujarnya.

Kenangan itu masih membekas di ingatan Amelia. Bagaimana suara tembakan beruntun yang lebih mirip suara halilintar itu memecah keheningan subuh. Tak ada kata yang bisa menggambarkan perasaan putri ketiga Ahmad Yani ini saat itu. Takut, marah, sedih. 
Adegan para pasukan Cakrabirawa menyeret tubuh sang Panglima Angkatan Darat menambah histeris suasana pagi itu. 

"Beliau jatuh berlumur darah. Kami menangis dan menjerit-jerit sejadinya melihat ayah kami diseret-seret. Mereka menarik kedua kaki ayah kami dan berlari menyeretnya," ujarnya.
image: 

Amelia yang saat ini menjabat sebagai Dubes Bosnia ini masih ingat bagaimana ia masih berusaha mengejar sang ayah yang sudah diangkut masuk ke dalam sebuah truk. 
"Kami sambil menangis menjerit mengikuti ayah kami di belakang prajurit Cakrabirawa yang," tuturnya.

Namun, Amelia bersama tujuh saudaranya yang lain tak bisa mengejar hingga jauh. Langkahnya mereka dihentikan oleh pasukan Cakrabirawa serta ratusan pasukan yang memakai baju hijau tanpa sepatu sambil membawa senjata. 
"Kalau tidak masuk akan ditembak semua," kenang Amelia atas ucapan pasukan yang sudah mengepung rumahnya. 

Senjata sudah siap dikokang dan ditembakkan ke arah istri serta anak Ahmad Yani. Keluarga Yani hanya bisa nangis sejadi-jadinya dan menjerit. Tak ada yang bisa menolong.
Pasukan Garnisun yang bertugas melakukan penjagaan di rumah Yani hanya melongo. Semua senjata mereka sudah dilucuti.

"Setelah kejadian itu, hanya terdengar suara kendaraan truk-truk menuju ke arah Pasar Rumput," kenangnya. 

sumber : kumparan

Senin, 18 September 2017

UCOK, Sang Eksekutor Preman Cebongan: Selesai Hukuman, Saya Akan Basmi Preman.!

Majelis Hakim Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta menjatuhkan vonis 11 tahun penjara kepada eksekutor penyerangan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cebongan Sleman, Serda Ucok Tigor Simbolon. Terhadap putusan ini, Serda Ucok mengaku sudah punya rencana setelah menjalani hukuman.

"Kalau setelah selesai hukuman saya akan tinggal di Yogya dan akan memberantas preman," kata Serda Ucok seusai sidang pembacaan vonis di Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta, Kamis (5/9). Saat keluar ruang sidang, dia dielu-elukan pengunjung sidang. Dia juga menegaskan akan banding. "Kami bertiga memutuskan untuk banding ke pengadilan tinggi militer," ujar Serda Ucok. 

Sebelum membacakan amar putusannya, hakim Letkot CHK Joko Sasmito menyampaikan hal-hal yang memberatkan terdakwa. Joko Sasmito mengatakan, di antara aspek pemberat tersebut adalah ketiganya melakukan perbuatan saat sedang menjalani latihan TNI, dan dilakukan di lembaga pemerintah Lapas Cebongan.

"Akibat dari perbuatan tersebut, mengakibatkan empat tahanan Lapas Cebongan tewas yang menimbulkan duka bagi keluarga korban, serta mengakibatkan trauma petugas Lapas Cebongan. Perbuatan terdakwa juga mencemarkan nama baik TNI," kata Joko di Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta, Kamis (5/9).

Sedangkan hal-hal yang meringankan, di antaranya para terdakwa secara kesatria mengakui perbuatannya di depan Tim Investigasi TNI. "Para terdakwa juga meminta maaf kepada pihak Lapas Cebongan, berterus terang memperlancar selama menjalani pemeriksaan, bersikap sopan saat menjalani persidangan. 

Para terdakwa juga berprestasi dan pengabdian sebagai anggota TNI, dan mendapat Satya Lencana dan kegiatan sosial masyarakat," tuturnya.

Sumber : 

Inilah Mongrel Mob, Gangster Selandia Baru yang Mulai Jadi Pembicaraan di Dunia!

Semua orang di dunia ini iri dengan masyarakat Selandia Baru. Alasannya, negara satu ini seolah seperti surga dunia di mana segala hal selalu menyenangkan. Nggak hanya diberkahi dengan alamnya yang luar biasa, tapi juga sistem dan masyarakatnya yang juga begitu menyenangkan. Ditambah lagi, pemerintah di sana juga sangat jujur terbukti dengan adanya Selandia Baru di peringkat 4 dunia soal minimnya korupsi.

Selandia Baru memang menyenangkan, tapi bukan benar-benar sempurna. Ada sisi lain Selandia Baru yang nggak kita ketahui. Salah satunya adalah tentang keberadaan gangster-gangster sadis di sana. Ya, siapa sangka negara yang adem ayem seperti ini ternyata juga punya gangsternya sendiri. Dan sama seperti gangster kebanyakan, di sini mereka juga kerap berbuat onar.


Berbicara soal gangster Selandia Baru, maka ceritanya adalah jelas tentang Mongrel Mob. Bagaimana tidak, gangster satu ini bisa dibilang sebagai yang paling sadis dan legend di sana. Lebih jauh soal Mongrel Mob, berikut hal-hal yang harus kamu tahu soal si gangster penguasa Selandia Baru ini.

Mongrel Mob Sudah Ada Sejak Dulu

Kita mungkin baru tahu ya kalau ada gangster di Selandia Baru, tapi yang jelas fenomena ini sudah berlangsung sangat lama. Mongrel Mob khususnya, gangster ini nyatanya sudah eksis sejak tahun 60an. Diawali dari sekumpulan remaja tukang bikin onar, Mongrel Mob berkembangan dari tahun ke tahun dan makin besar.

Mongrel Mob sendiri awalnya bukan benar-benar bermula dari orang-orang anarkis. Kalau dilihat dari riwayatnya, para pendiri Mongrel adalah semacam pembelot aturan di mana mereka melakukan ini karena tidak setuju untuk beberapa hal. Mungkin nih, karena nggak mendapatkan respon yang baik mereka pun akhirnya melakukan semacam aksi anarkis. Dari sini Mongrel makin dikenal hingga sampai hari ini menguasai Selandia Baru.

Teror Mongrel Mob yang Menyeramkan

Secara umum, hampir nggak ada perbedaan antara Mongrel Mob dan gangster lainnya terutama soal aktivitas. Ya, para gangster ini secara nyata memang terlibat dalam banyak operasi-operasi kriminal. Mulai dari perdagangan obat-obatan terlarang, prostitusi, bahkan sampai pembunuhan.

Layaknya gangster lain, Mongrel Mob juga sering berbuat rusuh. Apalagi ketika mereka bertemu dengan Black Power si musuh bebuyutan. Kalau kedua gangster ini bertemu, yang akan terjadi kemudian adalah kengerian. Keduanya bakal pol-polan melakukan serangan dan tak akan peduli dengan apa yang ada di sekitar. Kadang polisi sampai kewalahan ketika kedua geng ini bertemu.

Mongrel Mob Punya Hirarki

Sama seperti gangster lain, para anggota Mongrel Mob memiliki hubungan yang sangat erat. Sudah seperti saudara sendiri, ketika satu dilukai, maka yang lain pasti membalaskannya. Tapi, meskipun sistemnya persaudaraan, Mongrel Mob tetap mengusung konsep hirarki alias tingkatan-tingkatan untuk posisi.

Seperti biasanya, gangster selalu punya ketua, di Mongrel Mob mereka menyebutnya sebagai President. Lalu, semakin turun lagi ada vice, sersan, anggota, dan juga prospek. Untuk yang prospek ini mereka biasanya terdiri dari anak-anak muda masih cupu. Bersama dengan Mongrel Mob, mereka bakal jadi pria-pria pemberani yang tak takut apa pun.

Ciri Khas Mongrel Mob

Tak ubahnya seperti kelompok gangster lain, Mongrel Mob juga punya identitasnya sendiri. Hal tersebut bisa dilihat dari atribut yang mereka pakai. Biasanya para anggota Mongrel Mob akan memakai baju yang bertema hitam dan merah sebagai warna khas mereka. Tak hanya itu, yang pasti emblem-emblem Mongrel Mob pun harus diikutkan.

Ciri khas Mongrel Mob [Image Source]
Ciri khas Mongrel Mob [Image Source]
Ciri lain adalah tato di bagian muka. Hampir seluruh anggota Mongrel Mob terutama yang sudah senior, pasti wajahnya penuh dengan tato. Gambarnya pun sangar-sangar dan selalu ada aksen Mongrel Mob-nya. Oh iya, soal lambang, mereka mengusung ikon Bulldog dengan helm di kepalanya.

Sisi Lain Mongrel Mob

Meskipun Mongrel Mob adalah gangster yang gila dan sering terlibat kriminal, tapi rata-rata dari mereka adalah orang-orang yang bertanggung jawab. Hampir sebagian anggota Mongrel Mob sudah memiliki anak dan istri, dan selama ini hampir jarang diberitakan soal anggota gangster ini yang mencacati keluarganya.

Sisi lain Mongrel Mob [Image Source]
Sisi lain Mongrel Mob [Image Source]
Mongrel Mob memang lekat dengan kejahatan, tapi hal tersebut ternyata tidak jadi alasan bagi para anggotanya untuk kurang ajar kepada keluarganya sendiri. Mereka selalu merawat anaknya dengan begitu baik dan bertanggung jawab atas segala hal. Cukup kontradiktif ya, tapi ini jadi bukti kalau mereka tetaplah manusia biasa yang juga punya sisi baik.
Baca Juga
Bukannya Dapat Hasil Terbaik, 3 Cerita Tatto Ini Malah Tinggalkan Luka yang Bikin Ngilu
6 Syarat �Nyeleneh� CPNS 2017 yang Bakal Bikin Kamu Garuk-Garuk Kepala
Baca Juga :7 Gangster yang Konon Terkenal Paling Berbahaya di Muka Bumi

Setiap negara itu selalu punya sisi lain, Selandia Baru ini contohnya. Siapa yang ngira sih jika negara sebahagia Selandia Baru ternyata punya gangster gila yang menyebarkan ancaman tiap waktu. Hal ini sangat sesuai dengan pepatah Jawa yang mungkin sering kamu dengar, yaitu �Urip iku sawang sinawang� yang artinya hidup itu hanya soal melihat dan dilihat.

AE Kawilarang : Bapak Kopassus yang Konon Pernah Menampar Soeharto!


Banyak pahlawan-pahlawan di negeri ini yang nasibnya tidak mujur. Tidak dimakamkan di taman pahlawan, tidak mendapat bintang jasa bahkan tidak diakui sebagai pahlawan.

Pahlawan juga bukan hanya mereka yang mengangkat senjata melawan penjajah. Banyak pahlawan yang berjasa namun nasibnya tidak sebaik mereka yang yang namanya dikenang dan dimakamkan di tempat terhormat.

Salah satu pahlawan tersebut mungkin adalah Alex Kawilarang. Kolonel (purn) Alex Kawilarang sempat diusulkan untuk menjadi pahlawan nasional tahun ini. Tapi agaknya belum juga diluluskan pemerintah. 

Alex Kawilarang memiliki peran penting dalam penyusunan organisasi TNI di awal kemerdekaan. Termasuk membangun pasukan elite yang kelak dikenal sebagai Kopassus TNI AD.

Di zaman Belanda, Alex mengikuti pendidikan perwira Koninklijk Militaire Academie (KMA) di Bandung. Sebenarnya KMA Bandung merupakan sekolah perwira darurat karena saat itu Belanda telah dikuasai Jerman dalam perang dunia II. KMA Breda di Belanda pun tutup.

Alex tak lama menjadi perwira Koninklijke Nederlands Indische Leger (KNIL), atau Tentara Kerajaan Hindia-Belanda. Tahun 1942, Jepang keburu masuk dan KNIL dibubarkan. Walau begitu dia tercatat sebagai satu dari sedikit orang Indonesia yang bisa menjadi perwira KNIL.

Setelah Indonesia merdeka tahun 1945, Alex bergabung dengan TNI. Awalnya dia menjadi perwira penghubung dengan pasukan Inggris. Karirnya terus merangkak naik. Kawilarang dipercaya memimpin ekspedisi TNI menumpas berbagai pemberontakan di hari-hari awal republik. Mulai dari Operasi Penumpasan Pemberontakan Andi Azis di Makassar, pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS), dan Pemberontakan Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan.

Pengalaman menumpas berbagai pemberontakan ini yang membuat Kawilarang berpikir perlunya Indonesia memiliki pasukan kecil dengan kemampuan tempur hebat. Kawilarang begitu kagum akan kemampuan musuhnya, pasukan baret merah dan hijau Belanda dari Korps Speciale Troepen. Dia banyak berdiskusi dengan Letkol Slamet Riyadi soal pembentukan pasukan elite ini.

Pada 1951-1956, Kawilarang diangkat sebagai Panglima Komando Tentara dan Teritorium VII/Indonesia Timur (TTIT) di Makassar. Nah saat itu Kawilarang melapor pada Presiden Soekarno bahwa kondisi Makassar sudah aman. Tapi Soekarno malah menunjukkan radiogram yang memberitakan Makassar diserang pasukan KNIL.

Kawilarang mencari Komandan Brigade Mataram Letkol Soeharto yang bertugas menjaga Kota Makassar. Dia kesal melihat anak buah Soeharto malah melarikan diri.

"Lelucon apa ini," kata Kawilarang pada Soeharto. "Plak!" Soeharto pun ditampar.

Saat menjabat Panglima TT III/Siliwangi, Kawilarang merintis pembentukan Kesatuan Komando Territorium III (Kesko TT-III) Siliwang bulan April 1951. Kesatuan inilah yang kelak menjadi Kopassus.

Walau merintis pasukan elite tersebut, baru tahun 1999 Kawilarang diterima menjadi warga kehormatan Kopassus. Hal ini baru bisa dilakukan setelah Soeharto lengser.

Kawilarang pernah dianggap bersalah telah menyeberang ke pihak PRRI/Permesta yang saat itu memberontak pada pemerintah Jakarta. Tapi Soekarno kemudian mengeluarkan abolisi walau memberikan sanksi pangkat Brigjen Kawilarang diturunkan menjadi Kolonel. Kawilarang kemudian memilih mengundurkan diri dari TNI. Padahal bersama Nasution, Kawilarang banyak memberikan saran dalam membangun TNI.

Saat Orde Baru, hubungan Kawilarang dan Soeharto tetap kurang harmonis. Soeharto rupanya belum lupa pernah ditempeleng. Maka Kawilarang hidup sebagai pengusaha. Dia meninggal 6 Juni 2000, pada usia 80 tahun. Bapak Kopassus ini dimakamkan di taman makam pahlawan Cikutra, Bandung

sumber : merdeka

Inilah Alasan Trio JENDRAL Ini sangat Dibenci Antek-Antek PKI!

Inilah sebabnya kenapa antek-antek komunis di Indonesia begitu membenci Mayjen Kivlan Zein dan Letjen Prabowo Subianto.

(1) AH Nasution, merupakan seorang Jenderal Besar, sebuah gelar kehormatan yang terhormat dalam dunia militer, yang di Indonesia hanya disandang oleh tiga nama. Gelar Jenderal Bintang Lima hanya dimiliki oleh Panglima Besar Soedirman, Abdul Harris Nasution, dan HM Soeharto.

Salah satu korban yang selamat dari peristiwa G30S/PKI, adalah Jenderal Abdul Haris Nasution. AH Nasution selamat saat hendak diculik, sementara putrinya Ade Irma Suryani (5 tahun) dan ajudannya Lettu Pierre Tendean, tewas menjadi korban.

AH Nasution berhasil meloloskan diri kemudian mengirimkan pesan khusus kepada Soeharto di Markas Kostrad. Akhirnya kudeta G30S/PKI berhasil digagalkan dan ditumpas. Seandainya AH Nasution berhasil diculik dan dibunuh, maka sempurnalah rencana kudeta G30S/PKI, dan kita tak tahu bagaimana jadinya Indonesia.

Oleh karenanya, Jenderal Besar AH Nasution selalu mengingatkan bahaya laten PKI yang mulai bangkit kembali pasca reformasi 1998. Dalam keterangan resmi AH Nasution yang disampaikan Bakrie Tianlaen yang didampingi Husni Thamrin tanggal 26 April 1999, AH Nasution sudah mengingatkan:

"Akhir-akhir ini di berbagai mass media, baik cetak maupun elektronik, memuat berbagai wawancara dari beberapa tokoh yang dulunya terlibat G30S/PKI dari sudut pandang mereka. Dari pembicaraan mereka, seolah-olah tidak merasa bersalah atas tindakan mereka di masa lalu. Yang sangat memprihatinkan adalah hasil wawancara itu dilansir begitu saja tanpa berusaha untuk mempelajari terlebih dulu apa yang pernah dilakukan oleh mereka. Dengan pemberitaan tidak mendasar itu, bagi orang awam atau generasi yang tidak mengalami itu dapat membawa dampak bagi pola pikir mereka, bahkan bila kurang waspada dapat terbawa dalam alur pola pikiran yang seharusnya perlu dijauhi."

"Mereka seakan-akan tidak merasa bersalah, bahwa mereka melakukan pembunuhan terhada para Jenderal AD yang dimasukkan dalam sumur Lubang Buaya. Saya membaca dalam salah satu surat kabar Ibu Kota, bahwa mereka telah membentuk Yayasan Korban 1965 - 1966, untuk melakukan penelitian atas korban peristiwa 1965. Bahkan, katanya akan menuntut Jenderal Soeharto."

Apa yang disampaikan AH Nasution kini makin terlihat nyata gerakan dan upaya mereka pada era sekarang. Bahkan yang selalu ceramah mewaspadai bangkitnya PKI ditangkap. Yang menentang upaya terselubung membangkitkan PKI digebuki. Tanya kenapa.

(2) Letnan Jenderal Prabowo Subianto, dikenal sebagai orang yang sangat dekat dengan Jenderal Nasution. Sebagai junior, Prabowo tak pernah merasa lupa terhadap Nasution. Menurut berbagai catatan, Prabowo adalah satu-satunya orang luar selain anggota keluarga yang diundang secara khusus oleh AH Nasution menjelang akhir hayatnya.

Maka tak heran, antek-antek dan anak cucu PKI paling benci dengan Prabowo. Mereka akan bergabung bersama lawan Prabowo untuk menjegal jangan sampai menjadi RI-1 karena akan menghalangi upaya mereka melanjutkan 1965 yang dulu gagal.

(3) Mayor Jenderal TNI Kivlan Zen adalah seorang tokoh militer Indonesia. Ia pernah memegang jabatan Kepala Staf Kostrad ABRI setelah mengemban lebih dari 20 jabatan yang berbeda, sebagian besar di posisi komando tempur. Kivlan Zein kini menjadi target antek-antek PKI karena kegigihannya menentang bangkitnya PKI. Pernah ditangkap dengan tudingan makar saat menjelang Aksi 212.

ITULAH TRIO JENDRAL YANG SANGAT DIBENCI ANTEK-ANTEK PKI YANG HENDAK BANGKIT KEMBALI.

Sebagai pengingat kekejian PKI, cukuplah kita mengenang Ade Irma Suryani Nasution.

Ade Irma Suryani Nasution (lahir 19 Februari 1960 � meninggal 6 Oktober 1965 pada umur 5 tahun) adalah putri bungsu Jenderal Besar Abdul Harris Nasution. Ade terbunuh dalam peristiwa Gerakan 30 September yang berusaha untuk menculik Jenderal Besar AH Nasution.

BELUM CUKUP'KAH Ade Irma putri mungil & cantik Jenderal AHNasution jadi korban terakhir PKI???

Detik-Detik DRAMATIS Pengangkatan Jenazah Pahlawan Revolusi dari Lubang Buaya!

Tags
Mengangkat jenazah tujuh pahlawan revolusi di Lubang Buaya bukan perkara gampang. Kondisi sumur yang dalam dan mayat yang mulai membusuk, membuat evakuasi sulit dilakukan.

Tapi para prajurit Kompi Intai Amfibi Korps Komando Angkatan Laut (KIPAM KKO-AL), tak mau menyerah. Sebenarnya jenazah sudah ditemukan sejak sehari sebelumnya, yaitu pada tanggal 3 Oktober 1965, atas bantuan polisi Sukitman dan masyarakat sekitar.

Peleton I RPKAD yang dipimpin Letnan Sintong Panjaitan segera melakukan penggalian. Tapi mereka tak mampu mengangkat jenazah karena bau yang menyengat. Jenderal Soeharto pun memerintahkan kepada pasukan evakuasi bahwa penggalian dihentikan pada malam hari. Maka penggalian pun ditunda dan penggalian akan kembali dilanjutkan keesokan harinya.

Dalam buku Sintong Panjaitan, �Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando� yang ditulis wartawan senior Hendro Subroto, dilukiskan peristiwa seputar pengangkatan jenazah.

Kala itu Sintong berdiskusi dengan Kopral Anang, anggota RPKAD yang dilatih oleh Pasukan Katak TNI AL. Anang mengatakan peralatan selam milik RPKAD ada di Cilacap, hanya KKO yang punya peralatan selam di Jakarta. Maka singkat cerita, KKO meminjamkan peralatan selam tersebut untuk operasi pengangkatan jenazah dari dalam lubang sumur di daerah lubang buaya tersebut.

Tanggal 4 Oktober, Tim KKO dipimpin oleh Komandan KIPAM KKO-AL Kapten Winanto melakukan evakuasi jenazah pahlawan revolusi. Satu persatu pasukan KKO turun ke dalam lubang yang sempit itu. Pukul 12.05 WIB, anggota RPKAD Kopral Anang turun lebih dulu ke Lubang Buaya. Dia mengenakan masker dan tabung oksigen. Anang mengikatkan tali pada salah satu jenazah. Setelah ditarik, yang pertama adalah jenazah Lettu Pierre Tendean, ajudan Jenderal Nasution.

Pukul 12.15 WIB, Serma KKO Suparimin turun, dia memasang tali pada salah satu jenazah, tapi rupanya jenazah itu tertindih jenazah lain sehingga tak bisa ditarik.

Pukul 12.30 WIB, giliran Prako KKO Subekti yang turun. Dua jenazah berhasil ditarik, Mayjen S Parman dan Mayjen Suprapto.

Pukul 12.55 WIB, Kopral KKO Hartono memasang tali untuk mengangkat jenazah Mayjen MT Haryono dan Brigjen Sutoyo.

Pukul 13.30 WIB, Serma KKO Suparimin turun untuk kedua kalinya. Dia berhasil mengangkat jenazah Letjen Ahmad Yani. Dengan demikian, sudah enam jenazah pahlawan revolusi yang ditemukan.

Sebagai langkah terakhir, harus ada seorang lagi yang turun ke sumur untuk mengecek apakah sumur sudah benar-benar kosong.

Tapi semua penyelam KKO dan RPKAD sudah tak ada lagi yang mampu masuk lagi. Mereka semua kelelahan. Bahkan ada yang keracunan bau busuk hingga terus muntah-muntah. Maka Kapten Winanto sebagai komandan terpanggil melakukan pekerjaan terakhir itu. Dia turun dengan membawa alat penerangan.

Ternyata benar, di dalam sumur masih ada satu jenazah lagi. Jenazah itu adalah Brigjen D.I. Panjaitan.

Dengan demikian lengkaplah sudah jenazah enam jenderal dan satu perwira pertama TNI AD yang dinyatakan telah hilang diculik Gerakan PKI pada tanggal 30 September 1965. Kapten KKO Winanto sendiri terus melanjutkan karirnya di TNI AL. Kapten Winanto terakhir berpangkat Mayor Jenderal KKO (Purn).

Ia lahir di Solo, Jawa Tengah pada tanggal 6 Maret 1935. Tentara lulusan Akademi Angkatan laut tahun 1959 ini pernah menjabat Komandan Resimen Latihan Korps Marinir, Komandan Brigade Infanteri 2/Marinir sebelum pensiun sebagai Gubernur AAL.

Ia meninggal pada Minggu, 2 September 2012 pukul 22.15 WIB dalam usia 77 tahun di kediamannya Jl Pramuka no 7, Kompleks TNI AL, Jakarta Pusat. Jenazahnya dimakamkan dengan upacara militer di San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat.

Kronologi Visum et Epertum Dokter Forensik

4 Oktober 1965. Pukul 4.30 sore saat itu. Lima dokter yang diperintahkan Pangkostrad dan Pangkopkamtib Mayor Jenderal Soeharto memulai tugas mereka. Jenazah enam Jenderal dan satu perwira menengah korban penculikan dan pembunuhnan yang dilakukan kelompok Letkol Untung pada dinihari 1 Oktober mereka periksa satu persatu. Ketujuh korban itu adalah:

1. Ahmad Yani, Letnan Jenderal (Menteri Panglima Angkatan Darat).
2. R. Soeprapto, Mayor Jenderal. (Deputi II Menpangad).
3. MT. Harjono, Mayor Jenderal. (Deputi III Menpangad).
4. S. Parman, Mayor Jenderal. (Asisten I Menpangad).
5. D. Isac Panjaitan, Brigardir Jenderal. (Deputi IV Menpangad).
6. Soetojo Siswomihardjo, Brigardir Jenderal. (Oditur Jenderal/ Inspektur Kehakiman AD).
7. Pierre Andreas Tendean, Letnan Satu. (Ajudan Menko Hankam/ KASAB Jenderal AH Nasution).

Jenazah enam jenderal dan satu perwira muda Angkatan Darat ini ditemukan di sebuah sumur tua di desa Lubang Buaya, Pondokgede, Jakarta Timur. Dari lima anggota tim dokter yang mengautopsi ketujuh mayat itu dua di antaranya adalah dokter Angkatan Darat, yakni:

1. dr. Brigardir Jenderal Roebiono Kertopati (perwira tinggi yang diperbantukan di RSP Angkatan Darat)
2. dr. Kolonel Frans Pattiasina (perwira kesehatan RSP Angkatan Darat)
Sementara tiga lainnya adalah dokter Kehakiman, masing-masing:
3. Prof. dr. Sutomo Tjokronegoro (ahli Ilmu Urai Sakit Dalam dan ahli Kedokteran Kehakiman, juga profesor di FK UI)
4. dr. Liauw Yan Siang (lektor dalam Ilmu Kedokteran Kehakiman FK UI)
5. dr. Liem Joe Thay (atau dikenal sebagai dr. Arief Budianto, lektor Ilmu Kedokteran Kehakiman Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI), Akhirnya lewat tengah malam, pukul 12.30 atau dinihari pada tanggal 5 Oktober 1965, dr. Roebiono dkk menyelesaikan tugas mereka.

Beberapa jam kemudian, saat matahari sudah cukup tinggi, ketujuh jenazah korban penculikan dan pembunuhan yang kemudian disebut sebagai Pahlawan Revolusi ini, dimakamkan di TMP Kalibata.

sumber : rakalive1 

Tentang Nonton Bareng Film G30S/PKI, Panglima TNI: Itu Perintah Saya, Mau Apa?

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo rupanya tidak ambil pusing atas polemik pemutaran film G30S/PKI di lingkup internal institusinya. Dia menegaskan acara nonton bareng film kontroversial itu memang perintahnya.

"Iya itu memang perintah saya, mau apa? Yang bisa melarang saya hanya pemerintah," kata Jenderal Gatot saat ditemui seusai ziarah di Makam Bung Karno (MBK), Bendogerit, Blitar, Senin (18/9/2017).

Gatot menyatakan Mendagri sudah mengizinkan dia memerintahkan seluruh anggotanya menonton film garapan era Orde Baru tersebut. Saat ditanya mengenai materi film itu masih menjadi polemik, Gatot mengatakan menonton film tersebut merupakan upaya meluruskan sejarah.

"Biarin aja, saya nggak mau berpolemik. Ini juga upaya meluruskan sejarah. Saya hanya ingin menunjukkan fakta yang terjadi saat itu. Karena anak-anak saya, prajurit saya, masih banyak yang tidak tahu," jelasnya.

Menurut Gatot, bahkan Presiden Sukarno sendiri pernah memberi pesan untuk tidak melupakan sejarah. "Sejarah itu jangan mendiskreditkan. Ini hanya mengingatkan pada anak bangsa, jangan sampai peristiwa itu terulang. Karena menyakitkan bagi semua pihak. Dan korbannya sangat banyak sekali," ucapnya.

Rencana TNI menggelar acara nonton bareng film G30S/PKI memang menjadi polemik. Ada yang menilai film itu tak pantas ditonton lagi. Namun ada juga yang mendukung rencana TNI sebagai upaya mengingatkan sejarah kelam bangsa ini. 

sumber : detik

Minggu, 17 September 2017

Terdengar Pekik 'Ganyang PKI' Sebelum Ricuh di YLBHI, Begini Kronologisnya!

Tags
Water canon dan tembakan gas air mata sudah meluncur ke kerumunan massa yang ada di depan kantor YLBHI, Senin (18/9) dini hari WIB. Seketika massa berhamburan menghindar. 

Meski demikian, masih ada yang tetap bertahan. Di antara mereka yang bertahan terdengar erangan kesakitan dan teriakan takbir.

Massa pun mengeluhkan sikap polisi yang membubarkan paksa kerumunan orang anti-komunis tersebut.

"Ya Allah polisi kenapa nembakin kami. Kami bukan pembunuh seperti PKI," kata salah seorang dalam kerumunan massa ketika gas air mata diluncurkan.

Saat ini tepat pukul 01.45 WIB, massa yang berada di depan gedung Mega Ria XXI juga ricuh. Polisi terlihat menggeber-geber motor patrolinya.

Gas air mata mulai merambah ke sekitar jalan. Suara tembakan gas air mata terus meledak ke udara berbarengan dengan teriakan massa.

assa yang meneriakkan antipaham komunisme di sekitar Gedung Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI/LBH) ricuh saat menggelar aksi pada Senin (18/9) dini hari WIB. Aparat kepolisian pun kemudian menembakkan gas air mata kepada kerumunan masyarakat.

Kericuhan terjadi saat massa mulai melemparkan benda-benda keras seperti batu dan botol ke arah Gedung YLBHI di Menteng, Jakarta, Senin dini hari. Sebagian lemparan itu juga mengarah kepada pihak kepolisian.

Beberapa dentuman gas air mata serta tembakan peringatan nampak dilepaskan melalui senjata milik polisi. Sementara itu, kendaraan baracuda atau antihuru-hara juga dikerahkan untuk membubarkan kerumunan massa.

Pada sekitar pukul 02.00 WIB, warga sempat sedikit demi sedikit mulai meninggalkan area Gedung YLBHI. Namun, kemudian di antara kerumunan tersebut ada yang melemparkan benda keras ke arah polisi yang diikuti lemparan benda lainnya.

Polisi merespons tindakan tersebut dengan melepas tembakan peringatan serta menangkap beberapa warga. Teriakan ungkapan simbol antikomunis terus dilontarkan oleh peserta aksi.

Suara kaca pecah dan lemparan batu terdengar dari dalam gedung. Teriakan "Ganyang PKI" dari kerumunan massa terus memekik serta intimidasi verbal lainnya. Peserta diskusi yang berada di dalam Gedung YLBHI tidak dapat pulang keluar gedung akibat pengepungan. YLBHI lewat salah seorang panitia diskusi, membantah bahwa mereka menggelar kongres bertema komunisme seperti isu yang beredar.

Kapolres Jakarta Pusat Kombes Polisi Suyudi Ario Seto sempat memediasi pertemuan antara perwakilan YLBHI dan masyarakat yang ada di sekitar lokasi. Dalam mediasi tersebut, Kapolres berjanji akan mengawal permasalahan ini serta akan memproses secara hukum apabila memang ada upaya seperti yang dituduhkan masyarakat, yaitu kongres PKI. "Biarkan yang di dalam pulang, kami akan kawal masalah ini. Kita ini di negara hukum," katanya kepada masyarakat.

sumber : republika

MENHAN : Kita Patut Curiga, yang Bilang PKI Tidak Ada Mungkin Dia Komunis!

Tags
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menggelar acara pertemuan dengan persatuan purnawirawan TNI AD serta Organisasi Masyarakat anti-Partai Komunis Indonesia (PKI) di Balai Kartini, Jakarta.

Acara tersebut digelar terkait dengan isu propaganda yang muncul mengenai kebangkitan PKI.

Munculnya isu tersebut mengacu adanya sejumlah kegiatan yang mengandung unsur gerakan komunis.
Dalam silaturahmi yang dihadiri tokoh-tokoh islam tersebut, Menhan Ryamizard menjelaskan pertemuan tersebut penting.

Kata dia, sebagai komponen bangsa harus selalu waspada terhadap bahaya komunis.

"Sebagai komponen bangsa yang setia kepada negara Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UU 1945, harus senantiasa waspada terhadap bahaya laten komunis yang dimotori Partai Komunis Indonesia," ujar Ryamizard di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Jumat (13/5/2016).

Ryamizard juga mengatakan, dulu tidak terdengar bahaya laten komunis, namun kini isu tersebut muncul kembali.
"Dulu sering sekali kita dengar bahaya laten ditertawakan, nggak ada itu bahaya laten, kemudian komunis sudah tidak ada lagi, tapi disebut-sebut sekarang muncul," imbuhnya.
Ia pun mencurigai pihak yang menganggap PKI tidak ada dan menduga mereka yang beranggapan seperti itu adalah seorang komunis.

"Jadi, kita patut curigai itu yang bilang nggak ada (PKI), mungkin dia yang komunisme," jelasnya.

Sebelumnya, Dugaan bangkitnya PKI beberapa waktu menjadi polemik di kalangan tokoh politik hingga masyarakat.
Tudingan tersebut muncul terkait adanya kegiatan diskusi, pemutaran film, serta penerbitan buku.

Adanya kegiatan-kegiatan tersebut diduga akan memberi pengaruh negatif dalam upaya penyelesaian tragedi 1965 yang dilakukan pemerintah RI.

Kembali Bergulir, Isu Pembubaran Kodim dan Koramil Menjelang G30 S!

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad heran isu pembubaran Komando Distrik Militer (Kodim) dan Komando Rayon Militer (Koramil) selalu muncul jelang peringatan peristiwa Gerakan 30 September PKI (G30S/PKI).

Menurut Dasco, ide ini sebenarnya sudah gencar dikemukanan sejak reformasi 1998. Namun, hingga saat ini tidak pernah ada kajian ilmiah yang mendukungnya.

Dasco pun khawatir dengan kadar nasionalisme orang-orang yang mengusulkan hal tersebut. Karena itu, dia menegaskan, tuntutan pembubaran Kodim dan Koramil yang marak akhir-akhir ini harus diwaspadai dan ditolak dengan tegas.

"Ide pembubaran Kodim dan Koramil sangat ahistoris," kata Dasco, Minggu (17/9).

Jika melihat perjalanan sejarah bangsa ini, kata Dasco, Indonesia bisa bertahan sebagai sebuah bangsa besar justru karena keberadaan Kodim dan Koramil.

Karena itu, tegas Dasco, Kodim dan Koramil harus dipertahankan karena itu konsep terbaik pertahanan yang dimiliki.

"Bahkan menjadi acuan negara-negara lain," kata ketua Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) di DPR itu.

Menurut dia, di tengah kemajuan teknologi militer yang belum tentu bisa diikuti terus, konsep manunggalnya rakyat dan TNI memang pilihan yang terbaik.

"Itu hanya bisa diterapkan kalau kita masih punya Kodim dan Koramil. Apalagi jumlah penduduk kita adalah nomor empat terbesar di dunia," katanya

sumber ; jppn

Sabtu, 16 September 2017

TEGAS! Polisi Bubarkan Seminar Pengungkapan Kebenaran Sejarah 1965/66�. Ini Alasannya!


Seminar sejarah �Pengungkapan Kebenaran Sejarah 1965/66� yang dilaksanakan di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta Pusat, Sabtu (16/9/2017) harus dibubarkan oleh pihak kepolisian.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono, mengungkapkan alasan pembubaran tersebut. Pasalnya, acara itu tidak memiliki izin.

"Seandainya mengumpulkan banyak orang kemudian berkegiatan tanpa memberikan pemberitahuan atau izin kepolisian ya kami berhak dibubarkan, jadi belum ada dari panitia kepada kepolisian," kata Argo saat ditemui di Kawasan Silang Monas, Jakarta Pusat, Sabtu (16/9/2017).

Lebih dalam, Argo menjelaskan setiap kegiatan yang mengumpulkan massa, panitia seharusnya memberitahukan kepada kepolisian seperti dalam Undang-undang (UU) berkegiatan di muka umum.

"Di Undang-Undang sudah jelas toh, di UU penyampaian pendapat No. 8/98 kalau tidak ada pemberitahuan kepada kepolisian wajib dibubarkan," papar Argo.

Dalam hal ini, dikatakan Argo jajarannya telah melakukan komunikasi dan kordinasi dengan panitia penyelenggara acara tersebut. Menurutnya, setelah berdiskusi akhirnya disepakati untuk acara tersebut tidak dilanjutkan.

Inilah Kisah 30 Pasukan �Hantu� Indonesia Kalahkan 3.000 Gerilyawan Kongo!

Kiprah Pasukan Garuda kembali menuai prestasi. 167 Prajurit TNI di Haiti yang tergabung dalam Satuan Tugas Kompi Zeni (Satgas Kizi) TNI Kontingen Garuda (Konga) XXXII-B/MINUSTAH (Mission des Nations Unies pour la Stabilisation en Haiti) menerima penghargaan Medali PBB.

Pasukan perdamaian dari Indonesia selalu bisa diterima dengan baik di negara penugasan. Sejak Kontingen Garuda I bertugas di Mesir tahun 1957, sejak itulah pasukan baret biru di bawah PBB ini mengharumkan nama bangsa.

Ada cerita menarik soal Pasukan Garuda. 30 Pasukan Garuda berhasil membekuk 3.000 gerilyawan di Kongo berbekal akal bulus dan kecerdikan. 

Ceritanya, Desember 1962 di Kongo sedang bergolak. Kontingen Garuda III (Konga III) di bawah pimpinan Kolonel Kemal Idris berangkat sebagai pasukan perdamaian di bawah UNOC (United Nations Operation in the Congo). 

Saat itu kelompok milisi di bawah pimpinan Moises Tsommbe ingin lepas dari pemerintah Republik Demokratik Kongo pimpinan Presiden Kasavubu. Rakyat sipil pun segera menjadi korban pertikaian antar milisi dan tentara pemerintah.

Pasukan Garuda III segera dikenal karena keluwesannya bergaul. Banyak Singkong di Kongo, pasukan TNI pun mengajarkan bagaimana cara mengolah masakan Indonesia, membuat kue, serta menyayur daun singkong sehingga enak dimakan. Selama ini rakyat Kongo hanya mengolah singkong menjadi tepung yang rasanya tidak enak.

Suatu hari, terjadi serangan yang dilakukan 2.000 gerilyawan Kongo ke markas Pasukan Garuda. Saat itu markas hanya dipertahankan 300 tentara. Setelah baku tembak berjam-jam, gerilyawan dapat dipukul mundur. Untungnya tak ada korban di pihak Indonesia.

Serangan balasan pun segera dirancang untuk menangkap para pemberontak. Letjen Kemal Idris menceritakan hal ini dalam buku biografi, Kemal Idris, bertarung dalam revolusi terbitas Sinar Harapan.

"Kami melakukan penyerangan di malam hari dengan kapal yang digelapkan di atas danau Tanganyika, tidak berapa jauh dari daerah Albertville. Pasukan kami yang berkekuatan 30 orang menyamar sebagai hantu," beber Kemal Idris.

Kemal tahu 3.000 pemberontak itu sangat percaya takhayul. Mereka takut pada hantu spritesses yang digambarkan berwarna putih dan melayang-layang di waktu malam. Maka 30 anggota pasukan garuda itu berpakaian jubah putih dan segera menyerang.

"Melihat sosok-sosok putih bergerak-gerak, semangat mereka hilang sama sekali dan segera menyerah," kata Kemal.

Dalam operasi kilat itu, ribuan gerilyawan Kongo ditangkap. Senjata-senjata mereka yang ternyata lumayan canggih disita. Dalam peristiwa itu hanya seorang prajurit TNI yang cidera. Salah seorang gerilyawan yang panik saat digerebek, melemparkan ayam yang tengah dibakarnya pada tentara kita.

"Sejak itu, anggota Garuda III di kenal oleh orang-orang Kongo dengan julukan Les Spiritesses, pasukan yang berperang dengan cara yang tidak biasa dilakukan orang," kata Kemal bangga.

Letnan Jenderal Kadebe Ngeso dari Ethopia mengaku bangga atas keberhasilan pasukan Indonesia menangkap 3.000 lainnya tanpa jatuh korban. Namun dia pun meminta ke depan cara-cara unik seperti itu tidak dilakukan. Karena risiko terlalu besar dan sangat membahayakan. 

Bravo Garuda.


sumber : merdeka