Aiptu Sunaryanto menjadi buah bibir. Keberaniannya melumpuhkan perampok yang menyandera penumpang di angkot KWK T25, jurusan Rawamangun-Pulogebang, menuai pujian. Tetapi tahukah, di balik aksi heroiknya, ada sedikit rasa galau.
Aiptu Sunaryanto merupakan anggota Satuan Lalu Lintas Polres Metro Jakarta Timur. Saat aksi perampokan dan penyenderaan terjadi, ia sedang dalam perjalanan dari rumahnya di Pondok Ungu, Bekasi menuju kantornya. Ia kebagian bertugas piket malam.
Namun di tengah jalan, Sunaryanto saat berkunjung ke kantor VIVA.co.id, Senin 10 April 2017 malam, menuturkan, melihat kerumunan warga. Ia juga mendengar teriakan "rampok...rampok". Meski bertugas di Satuan Lalu Lintas, nalurinya sebagai polisi membuat ia memutar balik motornya.
Saat itu Sunaryanto menggunakan jaket khas kepolisian. Ia lalu mendekat ke angkot tersebut. Memperkenalkan diri sebagai polisi, dan berniat membebaskan sandera.
"Si pelaku sendiri tampak panik, dan mulai tegang karena banyaknya massa yang berkumpul," ujar Sunaryanto.
Selama setengah jam ia mencoba menenangkan massa yang sudah geram melihat aksi pelaku, sekaligus bernegosisasi dengan pelaku untuk membebaskan sanderanya.
"Agak riskan, karena pelaku menempelkan pisau di leher si ibu yang menggendong anaknya," tutur Sunaryanto.
Berkali-kali ia meminta pelaku menyerahkan diri. Namun bukannya melunak, ia malah semakin beringas. Sunaryanto pun berpikir keras bagaimana caranya bisa melumpuhkan si pelaku tanpa melukai sandera.
"Dia (pelaku) sempat curiga saya bawa pistol, tapi saya bilang tidak ada. Pistol tetap dipinggang," katanya.
Namun sebetulnya, kata Sunaryanto, pistol ia sembunyikan di antara kaki, dengan kondisi terkokang. Tersenggol sedikit saja, peluru bisa meletus, meleset dari sasaran. Selain itu, sisi kemanusiaan Sunaryanto juga berharap tindakan yang akan dilakukannya tidak sampai membunuh si pelaku.
"Saya berdoa, ya Allah jangan sampai dia mati. Karena biar bagaimana pun berat pertanggungjawabannya di mata Allah, dan bisa-bisa saya masih diperiksa," ujarnya sambil tertawa.
Sunaryanto yang ditemani Wakil Direktur Lalu Lintas Polda Metro AKBP Indra Jafar, terus berbicara menenangkan pelaku. Berulang kali ia berusaha mengalihkan perhatian pelaku berinisial H yang berusia sekitar 25 tahun itu.
"Saya harus hati-hati sekali karena ruangnya sempit dan jarak antara dia dan sandera sangat dekat," ujarnya.
Sunaryanto pun berulang kali meminta warga menjauhi angkot. Saat itulah pelaku lengah, dan ia menembakkan peluru dari pistolnya. "Kena lengan dekat siku. Begitu tertembak tangannya langsung terkulai, dan korban langsung ditarik diamankan," katanya.
Sunaryanto pun lega, sandera selamat dan pelaku yang ditembaknya tidak sampai meninggal dunia. Aksi Sunaryanto ini menuai pujian dari sang atasan. Wadislantas AKBP Indra Jafar mengatakan, apa yang dilakukan anak buahnya itu membuktikan polisi lalu lintas tidak hanya bisa menilang saja seperti anggapan sebagian besar masyarakat. Tapi juga bisa bertindak lebih dari itu. �Bisa menenangkan ratusan massa, negosiasi dengan pelaku, melumpuhkan itu luar biasa,� katanya.
Aiptu Sunaryanto merupakan anggota Satuan Lalu Lintas Polres Metro Jakarta Timur. Saat aksi perampokan dan penyenderaan terjadi, ia sedang dalam perjalanan dari rumahnya di Pondok Ungu, Bekasi menuju kantornya. Ia kebagian bertugas piket malam.
Namun di tengah jalan, Sunaryanto saat berkunjung ke kantor VIVA.co.id, Senin 10 April 2017 malam, menuturkan, melihat kerumunan warga. Ia juga mendengar teriakan "rampok...rampok". Meski bertugas di Satuan Lalu Lintas, nalurinya sebagai polisi membuat ia memutar balik motornya.
Saat itu Sunaryanto menggunakan jaket khas kepolisian. Ia lalu mendekat ke angkot tersebut. Memperkenalkan diri sebagai polisi, dan berniat membebaskan sandera.
"Si pelaku sendiri tampak panik, dan mulai tegang karena banyaknya massa yang berkumpul," ujar Sunaryanto.
Selama setengah jam ia mencoba menenangkan massa yang sudah geram melihat aksi pelaku, sekaligus bernegosisasi dengan pelaku untuk membebaskan sanderanya.
"Agak riskan, karena pelaku menempelkan pisau di leher si ibu yang menggendong anaknya," tutur Sunaryanto.
Berkali-kali ia meminta pelaku menyerahkan diri. Namun bukannya melunak, ia malah semakin beringas. Sunaryanto pun berpikir keras bagaimana caranya bisa melumpuhkan si pelaku tanpa melukai sandera.
"Dia (pelaku) sempat curiga saya bawa pistol, tapi saya bilang tidak ada. Pistol tetap dipinggang," katanya.
Namun sebetulnya, kata Sunaryanto, pistol ia sembunyikan di antara kaki, dengan kondisi terkokang. Tersenggol sedikit saja, peluru bisa meletus, meleset dari sasaran. Selain itu, sisi kemanusiaan Sunaryanto juga berharap tindakan yang akan dilakukannya tidak sampai membunuh si pelaku.
"Saya berdoa, ya Allah jangan sampai dia mati. Karena biar bagaimana pun berat pertanggungjawabannya di mata Allah, dan bisa-bisa saya masih diperiksa," ujarnya sambil tertawa.
Sunaryanto yang ditemani Wakil Direktur Lalu Lintas Polda Metro AKBP Indra Jafar, terus berbicara menenangkan pelaku. Berulang kali ia berusaha mengalihkan perhatian pelaku berinisial H yang berusia sekitar 25 tahun itu.
"Saya harus hati-hati sekali karena ruangnya sempit dan jarak antara dia dan sandera sangat dekat," ujarnya.
Sunaryanto pun berulang kali meminta warga menjauhi angkot. Saat itulah pelaku lengah, dan ia menembakkan peluru dari pistolnya. "Kena lengan dekat siku. Begitu tertembak tangannya langsung terkulai, dan korban langsung ditarik diamankan," katanya.
Sunaryanto pun lega, sandera selamat dan pelaku yang ditembaknya tidak sampai meninggal dunia. Aksi Sunaryanto ini menuai pujian dari sang atasan. Wadislantas AKBP Indra Jafar mengatakan, apa yang dilakukan anak buahnya itu membuktikan polisi lalu lintas tidak hanya bisa menilang saja seperti anggapan sebagian besar masyarakat. Tapi juga bisa bertindak lebih dari itu. �Bisa menenangkan ratusan massa, negosiasi dengan pelaku, melumpuhkan itu luar biasa,� katanya.
EmoticonEmoticon