Kontingen TNI AD berhasil membawa pulang gelar juara umum dalam laga ASEAN Armies Rifle Meet (AARM) ke-26. Prajurit TNI ternyata sempat mendapat 'godaan' dari Filipina selaku tuan rumah.
"Pihak Filipina memberikan godaan dengan tour terpimpin. Tour yang dikoordinir sama panitia melihat tempat-tempat wisata di sana seperti mal, museum dan sebagainya," kisah Komandan Kontingen TNI AD dalam AARM Mayor Inf Wimoko saat berbincang di Mabesad, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Selasa (13/12/2016).
Maksud Filipina sebenarnya baik dengan memberi service kepada para peserta. Sambil berkelakar, Wimoko menyebut service tersebut adalah godaan bagi para atlet petembaknya sebab tour tersebut digelar di awal-awal pertandingan.
"Boleh dibilang godaan, tapi kelemahan prajurit saya itu tidak bisa hidup enak. Karena punya misi datang untuk menang, mereka tidak mau bersenang-senang sebelum misi itu tercapai," ucapnya.
Wimoko pun membuat siasat agar pihaknya tidak mengecewakan Filipina sebagai tuan rumah namun tidak membuat para petembak hilang konsen. Dia mengirim tim official untuk ikut pada tour itu.
Cerita Soal 'Godaan' Filipina ke Prajurit TNI AD Saat Lomba Tembak AARMFoto: Elza Astari/detikcom
"Saya punya siasat, yang ikut dalam tour itu bukan petembak tapi tim pendukung termasuk saya. Kita menjaga diplomasi, menjaga kebersamaan. Jangan sampai tidak ikut jadinya diplomasi enggak baik. Tapi tetap tujuan petembak fokus tercapai," terang Wimoko.
Saat sudah berada di Filipina, para atlet petembak tidak bisa berlatih kembali di lapangan sebelum pertandingan. Meski begitu, Wimoko tetap meminta mereka berlatih lewat imajinasi.
"Petembak kami ada keterbatasan ditaruh di penginapan, saya antisipasi dengan meminta mereka melakukan imaginary training. Membayangkan latihan padahal mereka hanya duduk," jelas Danyon 811 Gultor Sat 81 Kopassus itu.
Latihan dengan cara tersebut ternyata cukup membantu dalam memperoleh kemenangan. "Itu terbukti. Menurut penelitian, atlet itu antara latihan di lapangan dengan imaginary training yang paling bagus dikombinasi. Jadi digabung," tambah Wimoko.
Cerita Soal 'Godaan' Filipina ke Prajurit TNI AD Saat Lomba Tembak AARMFoto: Saat TNI merayakan kemenangan di AARM/ Elza detikcom
Kisah lain yang cukup berkesan bagi Kontingen TNI AD adalah saat pertandingan di kategori senjata otomatis. Dari tiga juara, semuanya direbut oleh tim Indonesia. Itu membuat tiga Bendera Merah Putih dikibarkan secara bersama-sama saat pemberian hadiah. Foto momen tersebut sempat menjadi viral di media sosial.
"Jadi ada bercandaan antar komandan kontingen. Terutama dari Malaysia dan Brunei karena sama-sama bisa bahasa Melayu," cerita Wimoko.
Seringnya tim Indonesia menjadi juara pada berbagai kategori pertandingan, membuat lagu Indonesia Raya selalu dikumandangkan setiap harinya. Komandan kontingen negara tetangga pun menyebut lagu Indonesia Raya sebagai "lagu sampai petang" karena tak henti-hentinya diperdengarkan saat momen pemberian hadiah.
"Dari Malaysia bilang apa lagu sore ini (tim yang menjadi pemenang). Brunei bilang pasti Indonesia Raya. Malaysia bilang itu 'lagu sampai petang'. Komandannya bahkan bercanda itu kasetnya rusak karena diulang-ulang terus," Wimoko menuturkan.
"Dia juga bilang kalau bisa saya curi kasetnya biar panitia enggak menyalakan lagu Indonesia Raya. Pernah tim Indonesia, Malaysia dan Brunei bareng di podium, tapi Malaysia bilang tetap tak ada lagu mereka," imbuhnya.
Hal tersebut lantaran tim harus berada di posisi pertama di setiap pertandingan jika ingin lagu negaranya dikumandangkan. Atau perwakilan peserta harus mendapat medali emas.
"Mereka bilang sampai hafal lagu Indonesia Raya. Karena setiap hari terdengar terus. Makanya disebut 'lagu sampai petang'," tutup Wimoko.
sumber : detik
EmoticonEmoticon